Just another free Blogger theme

Informasi

Telp/Wa +6285801123404 Email penerbitjaring@gmail.com

Sabtu, 27 Januari 2024

 



Hatta... saat pertama kali berhasrat untuk memulai penulisan buku ini (Amuk Unjuk Rasa Melayu) menyadari pada saat rentang waktu tahun 2023 media masa baik cetak maupun visual/ online yang mendominasi, bahkan sangat viral mengungkap tentang dua topik yang terkait dengan kemelayuan. Pertama, perihal percanggahan kelayakan bahasa Melayu menjadi Bahasa lingua franca di Asean, Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia. Pembahasan pajang, ada pandangan bahwa sesungguhnya Bahasa Melayu. Namun, bukankah pemerintah Indonesia sudah memposiksn Bahasa Melayu sebagai Bahasa Daerah, yaitu fungsi utamanya mengisi rumah besarnya, yaitu Bahasa Indonesia. Walaupun sejarah mencatat ia (Bahasa Melayu) sebagai bahasa asal dan sumber Bahasa Indonesia ?, padahal di samping itu hampir 70 % Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lema kosa katanya Bahasa Melayu ?. Kemudian realitanya pada presfektip sejarah bahasa Melayu sejak abad 16 terbukti sebagai bahasa resmi dan sastra di kalangan pujangga dan ulma Asean, seperti Hamzah Fansuri dan abdul Rauf Singkel serta Syamsuddin Sumatrani,. Kota Barus yang paling nyata bukti keberadaannya.

Kedua, seiring dengan itu, pada rentang 2023, adanya peristiwa di Balerang (Pulau Batam, Balerang, dan Pulau Galang), yaitu peristiwa perlawan warga etnik Melayu terhadap perampasan tanah wiayah Melayu, khususnya di Pulau Rempang dan Galang. 

Jangkaun peristiwan ini meluas hingga ke tanah Semenanjung, apalagi rumpun Melayu yang ada di Indonesia. Peristiwa perlawanan sungguh memicu hati Nurani bangsa Indonesia yang dari berbagai etnik atau suku bangsa untuk ikut serta bergerak Bersama menegakkan yang ditentang warga Masyarakat di pulau Rempang dan Galang. Pemicu peristiwa ini karena terkait Tanah, yaitu tnah Rempang dan Galang dipaksakan untuk digadai kepada investor dari negeri Tirai Bambu China, sedangkan warga Masyarakat akan direlokasi, entah kemana !.. Konon katanya demi melancarkan pembangunan pabrik kaca nomor dua terbesar di dunia, sedangkan pengelolanya XINYI GROUP dan PT MEG.

Tanpa tedeng aleng-aleng warga masyarakat Balerang, apalagi Rempang dan Galang begerak mempertahankan tanah leluhurnya ditambah dtopang dengan keberdaan sejarah, Bahasa, dan tradisi serta kebudayaannya yang ratusan tahun dipelihara dan ejawantahkan dalam kehidupan seharian masyarakatnya..

Seleberitas slogan: “ .. Biar mati berdiri daripada hidup berlutut “ bergema di hati warga Masyarakat suku bangsa Melayu di Balerang. Merespon Gerakan warga Melayu Batam, rempang, dan Galang, tidak tanggung-tanggung, Yang Mulia Sultan Brunei Darussalam, sultan yang terkaya di dunia merespon garakan ini. Sejalan dengan itu pergerakan secara literasi dari sastrawan dan penyair serta pujangga pun dilakukan; puluhan antologi puisi terbit yang menyuara kekesalan atas peristiwa rampasan terhadap tanah wilayah Balerang, khususunya pulau Rempang dan Galang. Kesemua hasil ciptaan pemuisi yang bertaraf nasional maupun Internsional.

Disadari membicara dan menampilkan hasil kajian karya kreatif imajinatif yang berupa hikayat, seperti Hikayat Deli sebagai objek dalam pembicaraan tentang fenomena kekinian tidak mudah, harus ekstra hati-hati. Di samping bisa saja ia atau pembicaraannya dianggap karya imajinatif atau hanya berupa khayalan belaka. Apalagi subjek pembicaraan berkenaan dengan identitas lokal, yaitu ada kaitannya dengan politik identitas, akan ramai kemudiannya yang akan menyanggah, bahkan menyerapah apabila tidak sesuai dengan realita atau kenyataan.


Penulis : Prof. Wan Syaifuddin, M.A., Ph.D
Tata letak: jaring
Desain sampul: Wulan

Buku ini akan dicetak hardcover agar tidak mudah rusak
Harga Pre Order buku : Rp. 105.000,- 
Pemesanan bisa kontak wa.me/62858-0112-3404 (admin Jaring)
Dterbitkan oleh :
Penerbit Jaring
Gedongan RT 003 RW 001 Purbayan Kotagede Yogyakarta email : penerbit.jaring@gmail.com